belajar berenang

belajar berenang

Reuni setelah 30Th Alumni SMP YASPORBI I

Reuni setelah 30Th Alumni SMP YASPORBI I
Semoga kita selalu bersilaturahmi

Kamis, 07 Februari 2008

Markas PMI Cabang Makassar

PMI Cabang MAKASSAR
Jl. Lanto Daeng Pasewang No. 55 Makassar 90142
Telp: +62 411-878698 - 854221

Ancaman kepada nelayan yang melakukan penyelaman dengan menggunakan kompresor

“Jalesveva Jaya Mahe dilaut kita Jaya” itulah slogan kita yang selama ini digunakan oleh para Pelaut dan TNI Angkatan Laut kita. Hal ini sangat berlawanan dengan para ancaman pada para nelayan yang melakukan penyelaman di laut.

Penyelaman itu menggunakan kompresor yang dapat berakibat pada tubuh, hal bisa terjadi karena tidak digunakannya oksigen yang telah tersaring saat menyelam. Efek penyelaman ini dapat berakibat pada masalah pendengaran dan berakibat parah sampai dengan kelumpuhan atau kematian.

Hal ini umumnya disebabkan tuntutan pekerjaan yang didorong oleh kelompok pemodal karena tidak adanya pilihan. Penggunaan metode ”Destructive fishing” sebagai penyebab kerusakan terumbu karang, bom, pembiusan serta penggunaan linggis. Hal ini memicu terjadinya kerusakan lingkungan.

Data jumlah penderita lumpuh akibat menyelam di 4 pulau yaitu P. Barang Lompo, P Kodingareng, P Lumu lumu dan P Bonetambung ini telah didata oleh staf PMI Cabang Makassar pada tahun 2007 dengan jumlah penderita lama sebanyak 13 orang. Pembinaan yang dilakukan menghasilkan jumlah penderita yang sembuh dan tidak sembuh, yaitu: sebanyak 11 orang penderita yang tidak sembuh dan 3 orang penderita yang sembuh.

Umumnya karena makin mahalnya hasil tangkapan, tidak adanya alat tangkap maka penggunaan kompresor merupakan suatu hal yang membantu tambahan peningkatan pendapatan, meskipun hal itu berbahaya tidak nyaman dan berbahaya bagi penggunanya.

Penyelaman dengan kompresor merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit yang dialami oleh nelayan. Deretan penderitaan nelayan akibat kegiatan penyelaman dapat berupa: mau muntah, pusing, kram, kencing tidak mau keluar, hidung mengeluarkan darah dan telinga sakit.

Beberapa wawancara relawan PMI Cab Makassar beberapa waktu lalu mencatat apa yang disebut sakit oleh nelayan seperti di bawah ini:

“.....KALAU KITA MENYELAM BARU NAIK DI KAPAL BARU MUNTAH, PUSING, ITUMI GEJALA KRAM. TANDAMI ITU TIDAK MAU KELUAR KENCING.” (JY, 29 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

“NAIK PAKI’ DI KAPAL BARU DIRASAKAN KRAM. ITUMI TANDANYA SAKIT” (Ks, 40 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

“..... KALAU KITA MENYELAM, SAKIT KEPALA MENGELUARKAN DARAH DARI HIDUNG, SAKIT TELINGA, PUSING...”(Hs, 40 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

Menurut para nelayan penyelam bahwa sakit yang dirasakan oleh mereka umumnya dikarenakan oleh (i) Kurang tidur (ii) OSA / Sesak napas (iii) Tidak minta izin kepada penghuni laut (iv) karena nasib (v) bicara borro/ Takabur sebelum turun menyelam dan (vi) terlalu lama menyelam.

Kualitas penyakit diyakini oleh nelayan penyelam berkaitan langsung dengan kebiasaan hidup sosial budayanya.

“.....KALAU SUDAH OSA DI DALAM AIR. OSA ITU BISA KARENA ADA YANG KEJAR KITA DI BAWAH AIR. APALAGI KALAU TIDAK PERMISI BILANG MAUKI’ AMBIL TERIPANG. JADI BURU-BURUMI NAIK DI KAPAL. ITU BISA KASI’ SAKITKI’ PENYELAM.”(Jy, 29 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

“.....KARENA KURANG TIDUR. JADI BIASAMI KITA MELIHAT ADA RUMAH DAN SEBAGAINYA.”(Ag, 23 th, wawancara tanggal 20-4-2005)

“.....KARENA MENYELAM TERLALU LAMA ISTILAHNYA KEENAKAN WAKTU CARI TERIPANG.”
(Al, 22 th, wawancara tanggal 13-4-2005)

“.....SAKIT JUGA BISA DISEBABKAN KARENA NASIB. KA BIAR KITA MENYELAM SEBENTAR KALAU MAU SAKIT, SAKIT TONJI.”
(Ks, 40 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

“.....KALAU SEBELUM TURUN BARU BICARA BORRO ISTILAHNYA TAKABUR BILANG SAYA KUATKA’ MENYELAM BIASA ITUMI ORANG BISA SAKIT. JADI TIDAK BISAKI’ BICARA TAKABUR.”
(En, 21 th, wawancara tanggal 13-4-2005)


Dari beberapa pengertian sakit di atas maka diakumulasikan bahwa sakit parah yang dirasakan oleh nelayan penyelam adalah lumpuh / tidak bisa bergerak, tidak bisa keluar kencing dan mengakibatkan ketidaknormalan (pincang).

“.....ITU KALAU SAKITNYA KITA PENYELAM PARAH, TIDAK BISA KELUAR KENCING, BADAN TIDAK BISA BERGERAK A.....PARAHMI ITU.”
(Jy, 29 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

“PENYAKIT PALING PARAH PENYELAM ADALAH LUMPUH, KARENA SUDAH TIDAK NORMALMI.”
(Hs, 25 th, wawancara tanggal 20-4-2005)

“.....PINCANGMI JUGA.”
(Ag, 23 th, wawancara tanggal 20-4-2005)

Meskipun beberapa tindakan dilakukan pada nelayan pada saat sakit antara lain:

TINDAKAN YANG UMUMNYA DILAKUKAN TERHADAP PENYAKIT RINGAN (SAKIT KEPALA, KELUAR DARAH DARI HIDUNG, MUNTAH) DAN PARAH (KRAM DAN LUMPUH).

KARENA SAKIT TERJADI UMUMNYA TERJADI PADA SAAT BERADA DI TENGAH LAUTAN, JADI TINDAKAN TERSEBUT UMUMNYA BERSIFAT PERTOLONGAN PERTAMA.

SETELAH MERASAKAN GEJALA SAKIT, NELAYAN PENYELAM MINUM OBAT YANG DIBELI DI WARUNG DAN DIPERSIAPKAN SEBELUM TURUN MELAUT.

“KALAU KITA SEMENTARA MENCARI, KITA SELALU BAWA OBAT YANG DIBELI DI WARUNG.”
(Hs, 25 th, wawancara tanggal 20-4-2005)

TINDAKAN LAIN YANG DILAKUKAN NELAYAN PADA SAAT SAKIT ADALAH DENGAN MEMASANG SENDIRI KATETER JIKA SAKIT YANG DIDERITA KENCING TIDAK MAU KELUAR. ALAT TERSEBUT DISEDIAKAN OLEH JURAGAN SEBELUM TURUN MELAUT

“KALAU BIASANYA ADA YANG SAKIT NA KITA DI TENGAH LAUT, KALAU TIDAK BISA KELUAR KENCINGNYA DIKATETERKI. KAN BOS MEMANG SEDIAKAN KITA SEBELUM BERANGKAT...”
(Jy, 29 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

KETIKA DITANYA SIAPA YANG MENGAJARKAN MEMASANG KATETER, INFORMAN MENYATAKAN BAHWA MEREKA HANYA MELIHAT TEMAN MEMAKAI ATAU SUSTER KETIKA MERAWAT PASIEN YANG LUMPUH

“YANG AJAR TIDAK ADA, CUMA BIASA LIAT TEMAN ATAU SUSTER YANG DATANG PASANGI TEMAN.”
(Ks, 40 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

“.....KALAU BELUM BISA KELUAR DITURUNKAN DI AIR LAUT DIRENDAM SUPAYA KELUAR KENCINGNYA. KAN AIR LAUT ITU DINGINKI. BIASANYA KALAU KITA DI DARAT KALAU DINGIN TA’KENCING-KENCINGKI’.”
(Jy, 29 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

KALAU BELUM JUGA BERHASIL, NELAYAN YANG SAKIT TERSEBUT DINAIKKAN KEMBALI KE KAPAL UNTUK DIURUT DENGAN TUJUAN AGAR URAT (PEMBULUH DARAH DAN SYARAF) YANG MENGECIL AKAN KEMBALI NORMAL

“A.....KALAU BELUM JUGA KELUAR, DIURUT-URUTMI URATNYA. KAN MENGECILKI ITU URAT-URAT.”
(Ks, 40 th, wawancara tanggal 12-4-2005)

Tempat berobat menjadi sebuah tempat impian bagi penderita ini, meskipun hal tesebut masih jauh dari impian.

PADA UMUMNYA YANG MEMUTUSKAN UNTUK MENCARI TEMPAT PENGOBATAN PADA SAAT ADA NELAYAN PENYELAM YANG SAKIT ADALAH PUNGGAWA ATAU JURAGAN ATAU BOS MUSYAWARAH DENGAN NELAYAN LAINNYA. HAL INI DILAKUKAN SETELAH PERTOLONGAN PERTAMA YANG DIBERIKAN PADA SAAT MELAUT TIDAK BERHASIL

“BOS YANG MENENTUKAN APAKAH YANG SAKIT MAU DIKASI PULANG ATAU TIDAK. KALAU BISAJI KELUAR KENCINGNYA, TIDAKJI. TAPI KALAU PARAH, BOS TANYA ANGGOTA, BAGAIMANA? MAU PULANG ATAU TIDAK.....”
(Jy, 29 th, wawancara 12-4-2005)

“.....JURAGANJI ATAU PUNGGAWA.’
(Hs, 25 th, wawancara tanggal 20-4-2005)


MEREKA TIDAK MAU LANGSUNG DIBAWA KE DOKTER ATAU PUSKESMAS APALAGI RUMAH SAKIT KARENA BERDASARKAN PENGALAMAN MEREKA ADA NELAYAN YANG PERNAH SAKIT DAN DIBAWA KE RUMAH SAKIT DAN DISUNTIK NELAYAN TERSEBUT MENINGGAL. JADI PEMILIHAN TEMPAT INI BERDASARKAN PENGALAMAN

JENIS PENGOBATAN YANG DIBUTUHKAN NELAYAN PENYELAM SAAT SAKIT (LUMPUH) JUGA BERVARIASI. JIKA NELAYAN YANG MENGALAMI LUMPUH PADA SAAT DI TENGAH LAUTAN, SESAMPAI DI DARAT BADAN PENYELAM TERSEBUT DITANAM PASIR YANG BERGUNA UNTUK MEMBERI PAMANASAN PADA PEMBULUH DARAH

“.....JADI KALAU PULANGMI BIASANYA LANGSUNG DITANAM BADAN KE PASIR SAMPAI LEHER. GUNANYA UNTUK BIKIN PANAS BADAN BIAR URATNYA PANAS JADI LANCARKI DARAH.”
(Jy, 29 th, wawancara tanggal 12-4-2995)


Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan dimana merupakan instansi yang bertanggung jawab atas kesembuhan para penderita.
Upaya lain yang dibutuhkan harus direncanakan mengingat luasnya kepulauan Indonesia.
Ditulis kembali oleh Pandu - PMI Cabang Makassar.

Contact Person:
Sulaiman - 62 411 878698
PMI Cabang Makassar